Limbah rumah tangga sangat sering kita temukan dalam kehidupan sehari – hari, terutama di kawasan pemukiman padat penduduk. Dampak limbah tersebut sangatlah besar bagi aspek kehidupan, mulai lingkungan menjadi rusak sampai terganggunya kesehatan karena penyakit yang disebabkan oleh sisa limbah yang mencemari sumber air.  Limbah rumah tangga yang cukup banyak ditemukan adalah limbah air sabun. Limbah jenis ini sangat mudah mencemari air, karena mengandung senyawa yang sulit terurai seperti contohnya Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) yang biasanya ditemukan pada sabun anti noda.

Permasalahan limbah detergen pernah muncul sebagai polemik di Jabodetabek pada tahun ini setelah temuan Kanal Banjir Timur (KLB) Kali Marunda, Jakarta Utara dan Kali Bekasi, Jawa Barat yang hampir seluruh permukaannya tertutup busa detergen.  Rata-rata konsumsi penggunaan detergen tiap rumah tangga sebesar 50 gram/hari. Coba kamu bayangkan dengan jumlah penduduk di Indonesia sekitar 220 juta jiwa dan terdiri dari sekitar 40 rumah tangga maka dalam setahun terdapat 720 ton detergen yang digunakan dan berakhir menjadi limbah cair. Di sisi lain, para ahli menyebutkan bahwa senyawa yang terkandung pada limbah air sabun dapat mengurai lapisan lendir pada ikan dan juga merusak insang. Dengan hilangnya lapisan ini, kemampuan ikan untuk terlindung dari bakteri dan parasit menghilang. Sehingga ikan yang hidup di perairan yang terpapar tidak aman untuk dikonsumsi manusia.

Untuk itu, penting rasanya agar mengetahui lebih lanjut mengenai bahaya limbah yang dihasilkan oleh air sabun tersebut. Beberapa dampak yang sangat dirasakan meliputi:

Memicu terjadinya Eutrofikasi Air

Perairan sungai atau rawa yang tercemar limbah detergen dapat memicu timbulnya eutrofikasi. Eutrofikasi adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan tanaman enceng gondok dan ganggang. Kedua tanaman itu diketahui dapat menghalangi sirkulasi sinar matahari dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh biota air. Jika dibiarkan, keseimbangan ekosistem di dalam air dapat terganggu yang dapat menyebabkan banyak biota air yang mati atau malah mengalami kepunahan.

Menyebabkan Pencemaran Air

Kondisi limbah detergen yang tak terkendali akan menyebabkan pencemaran air di got-got yang mengalir ke sungai lalu bermuara di laut. Apabila debit limbah detergen semakin besar maka sangat memungkinkan terjadinya pencemaran terhadap air tanah. Padahal air tanah digunakan sebagai sumber air minum masyarakat, sehingga zat kimia berbahaya penyusun detergen secara tidak langsung akan ikut terminum. Selain itu, adanya busa sabun di permukaan perairan juga akan menghalangi cahaya matahari dan sirkulasi oksigen sehingga dapat menyebabkan kematian biota air di bawahnya.

Menyebabkan Berbagai Penyakit 

Berbagai senyawa di deterjen dapat  menyebabkan penyakit seperti iritasi kulit, mata bahkan memicu kanker.

Kemasan Plastik Yang Tidak Ramah Lingkungan

Limbah minyak dan juga sabun bukan satu-satunya ancaman bagi lingkungan. Plastik pembungkus sabun dan juga minyak bisa menjadi bahaya yang juga mengancam kehidupan. Kebanyakan deterjen yang ada di pasar saat ini, dikemas oleh kemasan botol plastik atau lebih buruknya adalah menggunakan kemasan pouch daur ulang yang berbahan campuran aluminium foil dan plastik sehingga sangat sulit untuk di daur ulang. Hal tersebut menyebabkan permasalahan baru, plastik yang digunakan tidak dapat terurai oleh air atau juga tanah hingga 40 tahun, sehingga memisahkan sampah plastik sangatlah dianjurkan untuk mencegahnya.

Krisis Air Berkelanjutan

Dampak limbahyang tidak kalah mengerikannya adalah krisis air yang terjadi di mana-mana. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, limbah dari air sabun mengandung senyawa berbahaya bagi lingkungan. Jika dibiarkan terus-menerus, makin banyak sumber air yang tercemar limbah ait sabun dan menyebabkan kelangkaan pasokannya untuk masyarakat. Untuk mengatasinya, pemerintah atau perusahaan swasta yang bergerak di berbagai sektor industri harus memasang Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ) yang tepat , agar tidak ada lagi ekosistem yang mengalami kerusakan.